Rabu, 01 Desember 2010

Tiada Duka yang Abadi.

Selama kita ada di dunia ini pasti ada saja duka yang kita dapatkan, baik duka yang tidak secara langsung kita rasakan maupun secara langsung. Kalau boleh memilih pasti manusia tidak mau mendapatkan duka tapi kita tidak bisa memilih, karena duka itu salah satu siklus dari kehidupan ini.

Seperti waktu tsunami di Aceh, semua orang Aceh khususnya Banda Aceh berpikir mungkin ini akhir dari segalanya, kita berduka melihat kehilangan merasakan kejadian itu, sehingga kita terpuruk dalam duka. Tetapi tidak sekicil pikiran kita yang terjadi, ternyata pelan-pelan duka itu mulai berubah, banyak yang datang membantu Aceh, hingga duka pun jadi senyuman.


Ada saatnya juga kita menjadi penyabab duka bagi orang lain, rasanya memang tidak mengenakan menjadi penyebab duka, terkesan kita menjadi orang yang paling jahat, padahal pembuat duka juga pasti merasa sangat bersalah, walapun bagi yang mendapat duka itu kata maaf dianggap sangat mudah untuk diucapkannya, sebenarnya tidak seperti itu juga. Pembuat duka pun sebenarnya merasa tak tenang hatinya, mungkin kadang tak terlihat apa lagi kalau pembuat duka itu seorang lelaki. Jawabannya dicari tau sendiri aja.hehe


Inilah hidup, jangan ditanya mengapa ada hitam bila putih menyenangkan, karna unsur antra duka dan bahagia itu gak bisa dipisahkan. Terkadang duka itu perlu, terkadang bahagia juga perlu. Keduanya harus kita rasa, karena itu yang membuat kita belajar tentang hidup.

Aku pernah mendapat duka dan juga pernah menjadi pembuat duka, hingga sampai saat ini duka itu masih ada di sana. Tapi harus meyakini bahwa tiada duka yang abadi, duka memang membuat kesedihan dan tidak ada yang melarang manusia untuk bersedih, tetapi kesediahan itu juga punya porsinya jangan sampai berlebihan.

Ingatlah bahwa Tiada Duka yang Abadi dan semua pasti ada hikmahnya, jadi tersenyumlah tersenyumlah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar, ditunggu:)