Jumat, 18 Maret 2011

Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore, Selamat Malam.


Ini postingan pada Februari, saat itu isinya masih sangat berantakan karena dalam keadaan yang kurang memungkinkan, ini tentang dua minggu di awal Februari.
Perjalanan pertama kalinya seperti cita yang sudah ada dalam hati, kalau akan kesana dengan alasan suatu keberhasilan, bukan karna ingin hiburan semata. Sebelum memulai setiap pribadi sudah ditenamkan bahwa Anda adalah jati diri Anda sendiri, walau mempunyai ciri sendiri tapi tetap ada yang sama di situ bila dilihat dari sisi atas.
Suasana itu membuat diri merasakan berjalan ke seluruh Indonesia, tak perlu ke daerahnya, hanya disatu tempat semua logat bisa dirasa. Sampai ada yang menebak jawa, ada yang menebak padang dan ada yang menebak palembang tapi ternyata mereka salah.
Selanjutnya kedisiplinan mulai dipupuk, penutup kepala dan pengenal menjadi barang yang tak boleh lepas saat beraktivitas. Setiap pagi menyerap embun dengan cara khas kami, setelah itu hitungan pemanasanpun dimulai satu dua tiga satu, satu dua tiga dua sampai satu dua tiga delapan. Lalu istirahat, hormat, hadap, balik, serong dan merapikan pakaian dengan cara khas hitungan seperti ini, satu satu, dua dua, tiga tiga, empat empat, lima lima, enam enam, tujuh tujuh, delapan delapan, sembilan sembilan, sepuluh sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas. Ada juga di situ istilah buka tutup buka tutup banting, yang ini dilakukan sambil berjalan. Semuanya ditepatkan dengan terompet pembuat panik itu, walaupun sesibuk itu sosok yang mencuri pandangan tetap selalu ada.
Selama itu ada pesan doa yang selalu ditanamkan, yaitu  jadilah bintang, lupakan yang ada di sana untuk saat ini, konsen ke aktivitas sekarang. “lupakan yang ada di sana untuk saat ini” terasa kalimat ini sengat kejam sekali, tapi aku tau dari semua kalimat doa itu ada hikmah yang baik akan terjadi. Lalu ada juga lagu penyemangat (hoa e o, hoa e o), bahkan yel yel buka mulut, gigi, dan sebutan untuk sendiri.
Tentang ucapan selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, ini adalah sapaan wajib yang harus diucapakan bila bertemu siapa saja.
Sambungan post Februari…
Tanpa disengaja itu Takdir.
Ini di tempat yang berbeda, jaraknya ditempuh dengan kendaraan besar, di sana kekompakan lebih dikentalkan lagi. Membuat lingkaran diharuskan sambil berputar menunggu intruksi merubah lingkaran dari besar dua puluh lima orang berubah jadi sepuluh orang putar lingkaran lagi sampai tujuh, tiga belas sampai sembilan belas. Pada proses ini aku merasakan takdir itu ada. Seperti tadi, sudah diacak-acak lingkaran sampai kehilangan kelompok, akhirnya menemukan kelompok yang secara tidak sengaja, di situlah ada takdir, lalu diacak lagi sampai berada tepat bersebelahan, lagi-lagi tanpa disengaja. Terasa ada kenyamanan di situ sambil belajar berkonstrasi dengan tepukan tangan dan nyanyian sebagai tempo untuk mengingat siapa yang ada di kanan dan yang ada di kiri. Selanjutnya saat dipilih lima dari satu kelompok, bertemu lagi dengan takdir yang baru dan lagi tanpa disengaja.
Sesuatu yang mungkin kalau bukan takdir tidak bisa terjadi seperti itu, karena momen yang akan menuntukan takdir itu sangat kecil sekali. Karena itu aku sangat senang dengan pengalaman dan takdir saat itu. Semoga pengalaman dan takdir-takdir yang baiklah yang selalu didapat.

6 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Ucup: kok dhapus komen'a?

    Eka: thanks eka:)

    BalasHapus
  3. Helmi: sori mungkin sy slh klik..
    tapi sy cuman mau bilang...
    smg kisah kita yg di atas tuh bisa terulang lg aja dah...
    mungkin... lain waktu...

    BalasHapus
  4. ucup: iya semga saja, sgala kmungkinan kn bisa saja..
    sampai ketemu lagi:D

    BalasHapus

Silakan berkomentar, ditunggu:)